Contoh Essay - Pelestarian Alam dan Lingkungan Secara Berkelanjutan
“OPTIMALISASI
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA HAYATI MELALUI INOVASI ELYCE BOLDOM (ECHO FRIENDLY
PROCESSING BASED ON LOCAL WISDOM) SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN ALAM DAN LINGKUNGAN
SECARA BERKELANJUTAN”
Mas
Dana
Pendahuluan
Lingkungan sebagai
suatu biosphere sangat
menentukan eksistensi makhluk hidup yang berada di dalamnya. Makhluk hidup yang
beranekaragam , termasuk manusia, mempunyai tingkat adaptasi terhadap perubahan
lingkungan yang berbeda-beda, sebab setiap makhluk hidup mempunyai
tingkat kerentanan dan kemampuan yang tidak sama dalam merespons
perubahan di lingkungannya. Diantaranya makhluk hidup yang lain,
manusia yang paling cepat menyikapi perubahan yang terjadi di lingkungannya. Indonesia
merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai keanekaragaman hayati yang
besar, namun Indonesia juga merupakan salah satu negara yang tingkat kehilangan
atau kerusakan keanekaragaman hayatinya cukup besar.
Keanekeragaman hayati
merupakan sumber daya yang penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Untuk
menekan laju penurunan kualitas kehidupan, maka upaya konservasi keanekaragaman
hayati perlu dilakukan secara serius oleh pemerintah dan seluruh lapisan
masyarakat. Peran serta masyarakat untuk mempertahankan keanekaragaman hayati
sangat dibutuhkan. Salah satu hal yang dapat dipertahankan adalah kearifan
tradisional dari tiap-tiap masayarakat di Indonesia ini. Dari sisi lingkungan
hidup keberadaan kearifan tradisional sangat menguntungkan karena secara
langsung atau pun tidak langsung sangat membantu dalam memelihara lingkungan
serta mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
Kondisi
Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Berdasarkan data dari
Kementrian Lingkungan Hidup pada tahun 2013, Indonesia memiliki luas wilayah
1,3 % dari luas permukaan bumi dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi (mega biodiversity), yaitu sekitar 17 %
dari keseluruhan jenis makhluk hidup yang ada di bumi ini. Di dalamnya
tersimpan lebih dari 28.000 jenis tumbuh-tumbuhan, diantaranya terdapat 400
jenis buah-buahan asli Indonesia yang dapat dimakan dan bermanfaat. Indonesia
memiliki 7.500 jenis tanaman obat yang mana 10 % dari jumlah tumbuhan obat yang
ada di dunia.
Data dari LIPI tahun
2011 juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 6.000 jenis tanaman bunga, baik
yang liar maupun yang dipelihara. Indonesia juga memiliki 707 jenis mamalia,
1.602 jenis burung, 1.112 jenis amfibi dan reptil, 2.800 jenis invertebrata, 35
jenis primata dan 120 jenis kupu-kupu. Selain itu data dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan juga mencatat bahwa di perairan Indonesia terdapat 1.400
jenis ikan dan 450 jenis terumbu karang dari 700 jenis terumbu karang yang ada di
dunia.
Bebarapa tahun terakhir
ini pemanfaatan sumber daya alam dilakukan secara besar-besaran sehingga
menimbulkan efek negatif berupa kerusakan lingkungan. Food Agriculture Organization (FAO) merupakan badan
internasional yang menangani masalah pangan, menyuguhkan data laju kerusakan
hutan di Indonesia dari tahun 2000-2005. FAO menyatakan bahwa laju kerusakan
hutan di Indonesia rata-rata 2% dari luas tanah atau sebesar 1.871 juta hektar
per tahun. Cepatnya laju kerusakan tersebut membuat sejarah bagi Indonesia
sebagai “Negara penghancur hutan tercepat di dunia tahun 2008” yang dicatat
oleh Guinnes World Record, serta
masih banyak lagi kerusakan alam yang diakibatkan oleh ulah manusia karena
terlalu mengeksploitasi alam secara besar-besaran tanpa disertai
penanggulangannya.
Permasalahan
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Banyak masalah yang
dihadapi dalam upaya melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia untuk
pembangunan nasional, baik berasal dari pemerintah, pengusaha, masyarakat dan
lain-lain. Dalam melaksanakan tugas sektornya, setiap pihak dalam pemerintahan
seringkali memerlukan sumber daya alam hayati, sehingga muncul perbedaan
kepentingan. Tumpang tindih minat ini menjadi lebih rumit apabila unsur
kepentingan masyarakat tradisional dan tekanan ekonomi diperhitungkan. Di sisi
lain, ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia belum memadahi untuk
menangani pemanfaatan/pelestarian keanekaragaman hayati secara seimbang,
apalagi mengembangkan potensi ini secara optimal.
Masalah yang tak kalah
pentingnya ialah terus menurunnya kondisi hutan. Hutan merupakan salah satu
sumber daya yang penting, tidak hanya dalam menunjang perekonomian nasional
tetapi juga dalam menjaga daya dukung lingkungan terhadap keseimbangan
ekosistem dunia. Di Indonesia tiap tahunnya jumlah hutan diperkirakan berkurang
3-5 % per tahunnya. Selanjutnya kerusakan DAS (Daerah Aliran Sungai). Praktik
penebangan liar dan konversi lahan menimbulkan dampak yang luas, yaitu
kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS. Kerusakan DAS tersebut juga dipacu oleh
pengelolaan DAS yang kurang terkoordinasi antara hulu dan hilir serta
kelembagaan yang masih lemah. Hal ini akan mengancam keseimbangan ekosistem
secara luas, khususnya cadangan dan pasokan air yang sangat dibutuhkan untuk
irigasi, pertanian, industri, dan konsumsi rumah tangga.
Di samping itu, habitat
ekosistem pesisir dan laut juga semakin rusak. Kerusakan habitat ekosistem di
wilayah pesisir dan laut semakin meningkat. Rusaknya habitat ekosistem pesisir
seperti deforestasi hutan mangrove telah mengakibatkan erosi pantai dan
berkurangnya keanekaragaman hayati (biodiversity).
Erosi ini juga diperburuk oleh perencanaan tata ruang dan pengembangan wilayah
yang kurang tepat. Beberapa kegiatan yang diduga sebagai penyebab terjadinya erosi
pantai, antara lain pengambilan pasir laut untuk reklamasi pantai, pembangunan
hotel, dan kegiatan- kegiatan lain yang bertujuan untuk memanfaatkan pantai dan
perairannya. Sementara itu, laju sedimentasi yang merusak perairan pesisir juga
terus meningkat.
Dengan adanya permasalahan -permasalahan di atas, sasaran pembangunan yang ingin dicapai adalah membaiknya
sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup bagi terciptanya
keseimbangan antara aspek pemanfaatan sumber daya alam sebagai modal pertumbuhan
ekonomi dengan aspek perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup
sebagai penopang sistem kehidupan secara luas. Seluruh kegiatannya harus
dilandasi tiga pilar pembangunan secara seimbang, yaitu menguntungkan secara
ekonomi, diterima secara sosial, dan ramah lingkungan. Prinsip tersebut harus
dijabarkan dalam bentuk instrumen kebijakan dan peraturan perundangan
lingkungan yang dapat mendorong investasi pembangunan jangka menengah di
seluruh sektor dan bidang yang terkait dengan sasaran pembangunan sumber daya
alam dan lingkungan hidup.
Kebijakan
Nasional dalam Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
Untuk mengelola
keanekaragaman hayati Indonesia memerlukan strategi nasional sebagai alat bantu
agar semua pihak dalam melaksanakan tugasnya mengupayakan pelestarian
pemanfaatan keanekaragaman hayati, sehingga pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan dapat dilaksanakan. konsekuensi pelaksanaan UU No. 32
Tahun 2004 dengan PP No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup titik tekannya
ada di Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara
eksplisit PROPENAS merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Program itu mencakup :
1. Program
Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup
Program ini bertujuan untuk memperoleh dan
menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas
sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan evaluasi, serta
penguatan sistem informasi. Sasaran yang ingin dicapai melalui program ini
adalah tersedia dan teraksesnya informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup,
baik berupa infrastruktur data spasial, nilai dan neraca sumberdaya alam dan
lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap daerah.
2. Program
Peningkatan Efektivitas Pengelolaan, Konservasi, dan Rehabilitasi Sumber Daya
Alam
Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan
pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup hutan, laut,
air udara dan mineral. Sasaran yang akan dicapai dalam program ini adalah
termanfaatkannya, sumber daya alam untuk mendukung kebutuhan bahan baku
industri secara efisien dan berkelanjutan. Sasaran lain di program adalah
terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan
sumberdaya alam yang tidak terkendali dan eksploitatif.
3. Program
Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan Pencemaran Lingkungan Hidup
Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas
lingkungan hidup dalam upaya mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan
dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam
yang berlebihan, serta kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini
adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah
tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan baku
mutu lingkungan yang ditetapkan.
4. Program
Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam, dan
Pelestarian Lingkungan Hidup
Program ini bertujuan untuk mengembangkan
kelembagaan, menata sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta
menegakkan hukum untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan berkeadilan. Sasaran
program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh perangkat hukum dan perundangan
serta terlaksannya upaya penegakan hukum secara adil dan konsisten.
5. Program
Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan
peranan dan kepedulian pihak - pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan
sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sasaran program ini
adalah tersediaanya sarana bagi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam
dan pelestarian fungsi lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan.
ELYCE
BOLDOM (Echo Friendly Processing Based On Local Wisdom) – Upaya Pelestarian
Alam dan Lingkungan Secara Berkelanjutan
ELYCE BOLDOM (Echo Friendly Processing Based On Local
Wisdom) adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
kelestarian alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Upaya ini lebih fokus
pada pengenalan kearifan lokal yang terdapat di daerah masing-masing. Kekayaan
bangsa Indonesia akan kearifan lokal (tradisional) sudah ada dari nenek moyang
masyarakat Indonesia terdahulu. Hanya implementasinya sudah semakin terdegradasi
oleh perubahan zaman dan pengaruh budaya asing. Seharusnya kearifan lokal ini
tidak hanya dipandang sebagai sebuah mozaik yang indah, tetapi dapat
dimanfaatkan sebagai kekuatan untuk menyelenggarakan pembangunan yang selaras
dan harmoni dengan alam.
ELYCE BOLDOM merupakan
pengetahuan yang diperoleh dari abstraksi pengalaman adaptasi aktif terhadap
lingkungannya yang khas. Pengetahuan tersebut diwujudkan dalam bentuk ide,
aktivitas dan peralatan. ELYCE BOLDOM yang diwujudkan ke dalam tiga bentuk
tersebut selanjutnya dipahami, dikembangkan, dan diwariskan secara turun-temurun.
Sikap dan perilaku menyimpang dari kearifan lokal terhadap lingkungan dianggap
sebagai penyimpangan yang menggangu dan merusak keadaan alam dan lingkungan
yang ada di sekitar kita. ELYCE BOLDOM dimaksudkan sebagai aktivitas dan proses
berpikir, bertindak dan bersikap secara arif dan bijaksana dalam mengamati,
mamanfaatkan dan mengolah alam sebagai suatu lingkungan hidup dan kehidupan
umat manusia secara timbal balik.
ELYCE BOLDOM itu tidak
di transfer kepada generasi penerus melalui pendidikan formal atau non formal
tetapi melalui tradisi lokal. Kearifan tersebut sarat dengan nilai-nilai yang
menjadi pegangan, penuntun, petunjuk atau pedoman hidup untuk bertingkah dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, cara bercocok tanam, menangkap
ikan, mengolah hutan dan memelihara lingkungan sungai. Kearifan lokal dipandang
sangat bernilai dan mempunyai manfaat tersendiri dalam kehidupan masyarakat.
Sistem tersebut dikembangkan karena adanya kebutuhan untuk menghayati,
mempertahankan dan melangsungkan hidup sesuai dengan situasi, kondisi,
kemampuan dan tata nilai yang dihayati di dalam masyarakat yang bersangkutan. ELYCE
BOLDOM dibangun dari nilai-nilai sosial yang dijunjung dalam struktur sosial masyarakat
dan memiliki fungsi sebagai pedoman, pengontrol dan norma-norma untuk
berperilaku dalam berbagai dimensi kehidupan baik saat berhubungan dengan
sesama maupun dengan alam.
Kearifan lokal suatu
daerah atau tempat berbeda-beda. Misalnya untuk menjaga kelestarian hutan di
Desa Rumbio Kecamatan Kampar Propinsi Riau dengan cara membuat hutan larangan
adat, yaitu melestarikan hutan bersama-sama di dalam masyarakat tersebut dan
masyarakat dilarang menebang di hutan larangan adat tersebut. Jika dilanggar akan
dikenakan denda seperti, beras 100 kg atau berupa uang sebanyak Rp 6 juta. Berbeda
dengan desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto ada kearifan lokal
dalam melestarikan sumber air yaitu dengan upacara “bersih desa”, yaitu
berjalan bersama-sama seluruh warga desa sambil membawa makanan menuju sumber
mata air Claket. Setelah sampai pada sumber mata air, diadakan acara
“Selamatan” seluruh warga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas
karunia-Nya berupa sumber air sehingga dapat memberi penghidupan seluruh warga
yang sehari sebelumnya tempat tersebut dibersihkan terlebih dahulu dan ditanami
pohon.
Bagaimana pun upaya
yang dilakukan untuk menjaga kelestarian alam, upaya pengelolaan tersebut harus
berorientasi pada kegiatan yang ramah lingkungan. Sebagaimana prinsip dari
“ELYCE BOLDOM”.
Kesimpulan
Sumberdaya alam dan
keanekaragaman hayati sangat penting artinya bagi keberlangsungan kehidupan.
Pengelolaan sumberdaya dan keanekaragaman hayati di Indonesia memiliki
keterkaitan yang erat dengan kekayaan keanekaragaman budaya lokal yang
dimiliki. Salah satu aspek penting adalah pergeseran dalam pelaksanaan hukum
adat yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam. Dengan semakin
berkembangnya suatu daerah, maka struktur masyarakat dan pola kegiatan juga
berubah. Dengan degradasi budaya, maka terjadi pula degradasi sistem
pengetahuan tradisional. Padahal sistem pengetahuan tradisional merupakan salah
satu kunci utama dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
Melalui inovasi ELYCE BOLDOM (Echo
Friendly Processing Based On Local Wisdom) diharapkan dapat membantu upaya
pelestarian alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Handoyo, Eko dan
Tijan. 2010. Model Pendidikan
Karakter Berbasis Konservasi: Pengalaman Universitas Negeri Semarang. Semarang
: Cipta Prima Nusantara Semarang
Jatna,
Supriatna. 2008. Melestarikan Alam
Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia
Mangunjaya,
Fachruddin M. 2005. Konservasi Alam
dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Santosa, A. 2008.
Konservasi Indonesia, Sebuah Potret
Pengeloaan & Kebijakan. Bogor : Pokja Kebijakan Konservasi
Suhartini. 2009.
Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. Yogyakarta : Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta
Sumber daya alam sangat hebat...
ReplyDeleteTerimakasih untuk artikelnya, sangat bermanfaat. Kunjungi website kami di Kabar UMJ
ReplyDelete"Discover an unforgettable holiday experience with our exclusive offers! From tropical beaches to beautiful mountains, it's all here at affordable prices." for complete information visit our website here https://medium.com/@kesyah437
ReplyDelete