Contoh Essay - Pengelolaan Sampah
“PUSERI (PROGRAM TUNAI SAMPAH DESA MANDIRI) –
INOVASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDULI
SAMPAH BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEJAHTERA”
Mas Dana
Pendahuluan
Keadaan yang dirasakan oleh
masyarakat Indonesia hingga saat ini masih sangat memprihatinkan. Banyaknya
masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak untuk
keberlangsungan hidupnya menjadi salah satu hal penting yang perlu mendapatkan
perhatian lebih. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan yang tidak merata,
dan kepadatan penduduk di masing-masing daerah menjadi salah satu contoh
penyebab banyaknya pengangguran di Indonesia. Rendahnya kualitas sumber daya
manusia yang masih belum bisa mengembangkan potensinya terhadap sumber daya
alam yang ada, sehingga menyebabkan sumber daya alam Indonesia belum dapat
dikelola sendiri. Hal tersebut mengakibatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di
Indonesia masih berada pada tingkat yang rendah.
Sementara itu, seiring
peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini mengakibatkan pengelolaan
sampah sebagian besar daerah masih menimbulkan permasalahan yang sulit
dikendalikan. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi sebagai konsekuensi
logis dari aktivitas manusia dan industrialisasi yang kemudian berdampak pada
permasalahan lingkungan. Pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh dinas
terkait hanya berfokus pada pengumpulan dan pengangkutan ke Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) tanpa melalui pengolahan tertentu. Melihat permasalahan tersebut
seharusnya sampah dapat dioptimalkan lebih lanjut pengelolaan dan
pemanfaatannya agar lebih memiliki nilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah
suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat dalam mengenali, mengatasi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang baik pada umumnya
mensyaratkan adanya proses pendampingan. Ini menjadi hal penting karena objek
pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat dengan dinamikanya yang beragam.
Fungsi pendampingan adalah untuk memfasilitasi, memotivasi masyarakat, serta
mengawal agar kegiatan pemberdayaan sesuai dengan maksud dan tujuan yang
dikehendaki. Masyarakat memerlukan peningkatan kesejahteraan, namun juga
berharap agar dalam pencapaian kesejahteraan tersebut tidak mengorbankan
aspek-aspek lain seperti budaya, keserasian lingkungan, dan jati diri sebagai
bagian dari sebuah kearifan lokal.
Isi
Indonesia saat ini
menghadapi banyak masalah mendasar di bidang sosial ekonomi, terutama masalah
terkait rendahnya tingkat kesejahteraan sebagian besar masyarakat. Pada tahun
2014 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta orang atau sekitar
11,25 % dengan batasan pengeluaran Rp 200.262 per orang per bulan atau Rp 6.675
per orang per hari. Dengan kata lain, bila digunakan indikator internasional
USD 2 per orang per hari, maka jumlah orang Indonesia yang belum sejahtera akan
jauh lebih besar. Tingginya tingkat kemiskinan yang terjadi dapat disebabkan
oleh berbagai kompleksitas permasalahan seperti minimnya lapangan pekerjaan dan
kualitas tenaga kerja yang masih rendah yang justru menyebabkan masyarakat
Indonesia kurang mempunyai daya saing dalam pasar tenaga kerja.
Menurut Irman Gusman
(2014), secara ekonomi Indonesia memang masuk dalam 16 terbesar di dunia karena
Indonesia memang kaya dan memiliki wilayah yang luas dengan jumlah penduduk
nomor empat terbanyak di dunia. Namun dilihat dari pendapatan per kapita yang hanya
mencapai US$ 4.900 ternyata kesejahteraan masyarakat Indonesia masih rendah
karena hanya menempati ranking ke 126 di dunia, jauh tertinggal dibandingkan
Malaysia yang menempati peringkat 69, Thailand di peringkat 92, dan Tiongkok di
peringkat 93. Rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk Indonesia ditunjukan
dengan fakta bahwa jumlah penduduk miskin masih tinggi, yaitu sebanyak 28,55
juta atau 14 persen.
Institute
for Development of Economics and Finance (INDEF) menjabarkan
penyebab penurunan kesejahteraan
masyarakat di Indonesia pada tahun 2015. Terdapat
tiga indikator yang bisa dijadikan landasan bahwa kesejahteraan masyarakat
Indonesia mengalami penurunan. Indikator
pertama yang bisa menjadi bukti bahwa kesejahteraan masyarakat Indonesia mengalami
penurunan adalah terjadi perlambatan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dari
semula di level 5,7 persen pada semester I 2014 menjadi 4,7 persen pada
semester 1 2015. Indikator kedua adalah tingginya tingkat inflasi terutama
untuk kelompok makanan. Angka inflasi untuk kelompok bahan makanan bisa menjadi
gambaran bahwa terjadi kenaikan harga-harga bahan makanan. Hal tersebut membuat
tingkat kesejahteraan masyarakat juga mengalami penurunan. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi untuk kelompok makan pada Juli 2015
mencapai 8,8 persen. Indikator yang ketiga adalah gagalnya kebijakan dan
program pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat akibat ditundanya atau
dihilangkannya program sosial seperti beras untuk masyarakat kurang mampu atau
sering disebut dengan beras miskin (raskin) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Di sisi lain, permasalahan
sampah menjadi masalah yang belum terselesaikan dengan baik, khususnya di
berbagai daerah di Indonesia jumlah sampah terus meningkat di setiap tahunnya.
Kesadaran pemerintah dan masyarakat akan sampah harus digali agar terlepas dari
permasalahan sampah. Redaksi Geotimes menyebutkan bahwa pada tahun 2015 untuk
daerah Jakarta sampah yang dihasilkan sekitar 6.000 hingga 6.500 ton per hari.
Di Pulau Bali, sampah yang dihasilkan sudah menyentuh angka 10.725 ton per
hari, sedangkan di Palembang peningkatan jumlah sampah naik tajam dari 700 ton
per hari menjadi 1.200 ton per hari. Sampah yang dihasilkan Indonesia secara
keseluruhan mencapai 175.000 ton per hari atau 0,7 kg per orang. Pada tahun 2014,
data statistik sampah di Indonesia mencatat bahwa Indonesia menduduki negara
penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia setelah Cina.
Cakupan penanganan
sampah oleh pemerintah dirasakan sangat rendah. Sampah yang berhasil
dikumpulkan oleh petugas kebersihan di Indonesia hanya sekitar 16,7 juta ton
per tahun. Di sisi lain, sampah yang tidak terkumpul oleh petugas dinas terkait
terhitung sekitar 116 juta ton pertahun, perbedaannya sangat signifikan. Sebagian
besar sampah rumah tangga di Indonesia kurang begitu dimanfaatkan dan cenderung
diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir
(TPA). Faktanya, hanya sebagian kecil dari sampah rumah tangga yang dikonversi
menjadi komoditas yang memiliki nilai ekonomi lebih, sebagai contoh hanya 7,15
% dari sampah yang terkumpul dikonversi menjadi pupuk. Implikasinya, kebanyakan
sampah dikirim ke TPA (Kementrian Lingkungan Hidup, 2008).
Melihat pentingnya
permasalahan tersebut, sudah selayaknya dilakukan upaya untuk menanggulangi
permasalahan sampah yang dapat memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui
inovasi PUSERI (Program Tunai Sampah Desa Mandiri) berbasis kearifan lokal. Selama
ini, mayoritas penduduk Indonesia menganggap bahwa membuang sampah sembarangan
bukan merupakan suatu hal yang salah dan wajar untuk dilakukan. Di samping itu,
kurangnya tempat sampah mengakibatkan masyarakat sulit untuk membuang sampah, sehingga
masyarakat dengan mudah akan membuang sampahnya sembarangan. Budaya atau
pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar dalam munculnya perilaku
membuang sampah sembarangan. Perlunya perubahan dalam gaya hidup dan pola pikir
yang akan memberikan dampak yang signifikan bagi penanganan masalah sampah
dimulai dari budaya setempat (kearifan lokal).
Kekayaan bangsa
Indonesia akan kearifan lokal (tradisional) sudah ada dari nenek moyang
masyarakat Indonesia terdahulu. Hanya implementasinya sudah semakin
terdegradasi oleh perubahan zaman dan pengaruh budaya asing. Seharusnya
kearifan lokal ini tidak hanya dipandang sebagai sebuah mozaik yang indah,
tetapi dapat dimanfaatkan sebagai kekuatan untuk menyelenggarakan pembangunan
yang selaras dan harmoni dengan alam. Kearifan tersebut sarat dengan
nilai-nilai yang menjadi pegangan, penuntun, petunjuk atau pedoman hidup untuk
bertingkah dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Salah satu alternatif
program yang dapat diselenggarakan dalam rangka meningkatkan masyarakat
sejahtera adalah melalui PUSERI (Program Tunai Sampah Desa Mandiri). PUSERI
merupakan sebuah inovasi program yang bertujuan untuk mengoptimalkan
pemberdayaan masyarakat desa untuk menjadi masyarakat yang produktif dan
inovatif sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
Indonesia. PUSERI merupakan pengetahuan yang diperoleh dari abstraksi
pengalaman adaptasi aktif terhadap lingkungannya yang khas. PUSERI dimaksudkan
sebagai aktivitas dan proses berpikir, bertindak dan bersikap secara arif dan
bijaksana dalam mengamati, memanfaatkan, dan mengolah alam sebagai suatu
lingkungan hidup dan kehidupan umat manusia secara timbal balik. Melalui PUSERI
masyarakat akan diberdayakan dengan berbagai macam program yang akan memberikan
pengetahuan, keterampilan, dan pendampingan yang selaras dengan kearifan lokal
masyarakat setempat. Harapannya masyarakat mampu mengoptimalkan sampah secara
mandiri dan inovatif sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
desa dan dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan nasional. Adapun langkah-langkah
yang dapat ditempuh untuk mengimplementasikan inovasi PUSERI (Program Tunai
Sampah Desa Mandiri) berbasis kearifan lokal ini adalah sebagai berikut.
Langkah Pertama, Sosialisasi.
Tujuan sosialisasi ini adalah untuk memperkenalkan PUSERI pada masyarakat
melalui pemaparan akan pentingnya pemanaatan sampah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sosialisasi dapat dilakukan melalui sosial media
maupun melalui pendekatan secara langsung. Sosialisasi melalui sosial media
dapat dilakukan melalui penyebaran pamflet, poster, maupun pesan broadcast yang
memberikan pengetahuan dan memperkenalkan program PUSERI. Sosialisasi secara
langsung dapat dilakukan dengan mengadakan talkshow atau seminar
berskala kecil, serta sosialisasi yang diberikan dalam pertemuan rutin dengan
masyarakat.
Langkah Kedua, Search A Local Wisdom.
Kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat,
tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat serta berfungsi
dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan
kehidupan yang sakral maupun profan. Kearifan lokal berasal dari masyarakat
untuk masyarakat yang dikembangkan dari generasi ke generasi, menyebar, menjadi
milik kolektif, dan tertanam di dalam cara hidup masyarakat setempat.
Masyarakat memanfaatkan tata atur kearifan lokal untuk menegaskan jati diri
dan bertahan hidup. Kearifan lokal suatu daerah berbeda-beda. Misalnya
masyarakat betawi yang sangat mempertahankan kearifan nilai gotong royong dalam
melaksanakan berbagai kegiatan kemasyarakatan. Misalnya, jika ada warga
melaksanakan kegiatan bersih-bersih, maka segenap tetangga menyingsingkan
lengan baju membantu dengan berbagai cara. Melalui kearifan lokal inilah
diharapkan PUSERI dapat diterima dan diimplementasikan oleh masyarakat.
Langkah Ketiga, Pembentukan
Jaringan Keluarga Peduli Sampah. Setelah melaksanakan
sosialisasi dan pencarian kearifan lokal masyarakat setempat, maka tahap selanjutnya adalah pembentukan jaringan
keluarga peduli sampah yang bertugas untuk mengkoordinir dan mengatur baik di
bidang fungsional maupun operasional. Setiap rumah nantinya akan diberikan tempat
sampah yang telah di desain khusus agar masyarakat termotivasi untuk membuang
sampah pada tempatnya. Tiga hari sekali setiap kepala keluarga wajib
menyetorkan jumlah pengumpulan sampah yang ada di rumah mereka untuk
selanjutnya diolah lebih lanjut. Peran keluarga peduli sampah di sini harus
benar-benar mampu memberikan pemahaman kepada seluruh anggota keluarganya
terkait bahaya dan prospek usaha berlatarbelakang sampah.
Langkah Keempat, Pendirian Wisma Penampungan Sampah.
Di tempat inilah semua sampah yang terdapat di setiap rumah nantinya akan
dipilih dan diolah lebih lanjut. Selanjutnya akan dipisahkan yang termasuk
sampah organik dan anorganik, serta yang termasuk ke dalam sampah kering dan
sampah basah. Di tempat ini pula semua sampah nantinya akan dibersihkan sebelum
memasuki proses produksi. Setiap kepala keluarga nantinya juga berperan aktif
untuk membantu proses pemilahan dan pembersihan sampah yang telah dikumpulkan.
Langkah
Kelima, Pendirian
Klinik Sampah. Pada program klinik sampah masyarakat akan
diajari proses pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomis, pengomposan
dengan berbagai macam metode, membuat kerajinan dari bahan daur ulang, belajar
menulis cerita bertema lingkungan, atau mengupayakan masyarakat sebagai
Detektif Peduli Sampah yang mengawasi
dan mengingatkan jika ada masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Di
tempat inilah masyarakat akan diberdayakan dengan berbagai macam pengetahuan,
keterampilan, maupun pendampingan usaha berbahan dasar sampah yang nantinya
akan dikelola oleh masyarakat secara mandiri. Klinik sampah ini juga akan
memberikan pemahaman terkait langkah-langkah dalam pemasaran produk hasil
olahan daur ulang sampah sehingga kelak masyarakat dapat memasarkan hasil
olahan mereka sendiri.
Langkah
Keenam, Menciptakan
Kampung Wisata Tunai Sampah. Kampung wisata tunai
sampah adalah sebuah kampung yang mewajibkan masyarakat yang tinggal di
dalamnya untuk menunaikan sampah. Upaya ini dimaksudkan agar sampah dapat
menjadi sesuatu yang sangat bernilai dan tidak dibuang begitu saja. Sampah yang
telah dikumpulkan dari setiap rumah nantinya akan dipilih dan dikelola oleh
masyarakat setelah melewati proses training
atau pelatihan terkait pengolahan dan daur ulang sampah. Kampung ini nantinya
akan terlihat lebih indah dengan pajangan daur ulang sampah dan produk olahan
dari sampah lainnya. Hal ini juga dapat menjadi sebuah tradisi atau kearifan
lokal yang baru bagi masyarakat.
Langkah Ketujuh, Evaluasi.
Evaluasi sangat diperlukan dalam setiap program. Evaluasi dilakukan untuk
menilai dan mengukur seberapa jauh efektifitas program yang telah dilaksanakan,
sehingga dapat dinilai seberapa besar potensi keberlanjutan program. Evaluasi
juga diperlukan untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan selama program dilaksanakan,
sehingga apa yang menjadi kekurangan dapat diperbaiki untuk ke depannya.
Penutup
Keberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat tergantung pada peranan pemerintah
dan masyarakatnya. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan mencapai
hasil pembangunan secara optimal. Masyarakat tidak hanya diperlakukan sebagai
objek akan tetapi harus dilibatkan secara langsung dalam rangkaian pembangunan,
seperti perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Pembangunan
sosial menuju masyarakat sejahtera tidak lagi lewat pendekatan sosial yang
hanya menangani korban pembangunan. Ke depan paradigma pembangunan harus menuju
pemberdayaan dan perlindungan sosial, yang ditujukan pada keluarga dan masyarakat
secara keseluruhan.
Melalui inovasi PUSERI
(Program Tunai Sampah Desa Mandiri) berbasis kearifan lokal diharapkan dapat
mengoptimalkan pemberdayaan bagi masyarakat agar dapat meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan nasional. Dengan adanya keterpaduan dari berbagai stakeholder,
akan sangat mendukung keberjalanan implementasi inovasi PUSERI, sehingga
tujuan yang ingin dicapai melalui program ini akan dapat teralisasi. Di samping
itu, masalah yang berkaitan dengan pencemaran dan pengelolaan sampah pun akan
dapat teratasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin ZA dan
Saebani AB. 2013. Pengantar Sistem Sosial Budaya di Indonesia. Bandung : CV
Pustaka Setia.
Sabartiyah.
2008. Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta : CV. Pamularsih.
Suhartini. 2009.
Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. Yogyakarta : Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta
Sumaatmadja, H.
Nursid. 2000. Manusia dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung
: CV Alfabet.
Tambunan, Tulus.
2003. Perekonomnian Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia
Comments
Post a Comment