Contoh Essay - Upaya Meningkatkan Jiwa Nasionalisme

NATIOPOLIN (NATIONALISM MINIPOLY INDONESIA) – MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN JIWA NASIONALISME
Mas Dana


Pendahuluan
Di era globalisasi sekarang ini, sudah semakin banyak berkembang teknologi dan informasi yang telah mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara, baik secara politik, sosial, maupun ekonomi. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, suku, ras, dan agama. Hal ini sangat berkaitan dengan jiwa nasionalisme generasi penerus bangsa Indonesia. Tinggi atau rendahnya rasa nasionalisme generasi muda saat ini salah satunya dipengaruhi oleh budaya-budaya barat yang dengan mudahnya masuk dan mempengaruhi budaya bangsa Indoneisa yang pada hakikatnya adalah jati diri budaya timur. Masalah nasionalisme tidak lagi dapat dilihat sebagai masalah sederhana yang dapat dilihat dari satu perspektif saja. Masalah pembangunan nasionalisme di Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan yang berat. Di tengah situasi bangsa Indonesia yang seperti itu, nasionalisme sangat dibutuhkan untuk menjaga  keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Rasa nasionalisme sangat penting bagi generasi muda Indonesia untuk bisa menjadi bangsa yang maju, bangsa yang moderen, bangsa yang aman dan damai, adil dan sejahtera di tengah  arus globalisasi yang semakin hari semakin menantang negara Indonesia. Sebagai sebuah bangsa dan negara di tengah bangsa lain di dunia membutuhkan identitas kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi dari warga negara khususnya dikalangan generasi muda Indonesia. Semangat nasionalisme dibutuhkan tetap sebagai eksisnya bangsa dan negara Indonesia. Nasionalisme yang tinggi dari warga negara atau generasi muda akan membuat perilaku positif dan terbaik untuk bangsa dan negara. Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa kecenderungan menipisnya jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda. Hal ini dapat dilihat dari beberapa tolak ukur, yaitu kurang apresiasinya generasi muda terhadap kebudayaan asli Indonesia, pola dan gaya hidup remaja yang kebarat-baratan, dan sebagainya.

Globalisasi vs Nasionalisme
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan generasi muda. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak generasi muda kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari generasi muda sekarang. Dilihat dari sikap, banyak generasi muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contohnya adanya geng motor atau begal motor, generasi muda yang melakukan tindakan kekerasan yang mengganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, maka moral generasi muda penerus bangsa menjadi rusak dan akan timbul tindakan anarkis antara generasi muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme  akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat.
Pemuda telah memiliki daya responsivitas yang tinggi dalam menerjemahkan semangat zamannya masing-masing. Namun di sisi lain, kenyataan memilukan yang juga sering mengemuka di setiap panggung sejarah perubahan adalah bahwa kaum muda seperti kurang memiliki energi untuk mengarahkan perubahan serta kurang memiliki kesiapan kompetensi untuk mengisi perubahan tersebut. Di situlah letak tantangan yang harus dihadapi oleh kaum muda saat ini yang dihadapkan pada berbagai persoalan, baik di tingkat lokal seperti korupsi, kemiskinan, pengangguran, kemandirian, dan lain-lain maupun di tingkat global seperti isu-isu lingkungan hidup, pemanasan global, terorisme, dan sebagainya. Semua itu tentu saja tidak bisa diselesaikan oleh para pemuda yang hanya bisa bernostalgia dan beromantisme mengenang masa yang telah berlalu.
Setiap perubahan perlu energi besar yang lahir dari jiwa yang senantiasa menggelora khas anak muda, cerminan dari hati yang bersih serta nurani yang senantiasa berkobar. Jadi bukan munculnya generasi anak nongkrong yang jadi persoalan. Namun, intinya adalah ketika sensitivitas krisis dari generasi muda terus melemah serta kepeduliannya terhadap persoalan-persoalan besar telah terkikis, maka tunggulah saat di mana pemuda akan semakin menepi dan terpinggirkan dari panggung sejarah peradaban. Zaman mungkin boleh berubah, semangat zaman yang menyertainya pun mungkin saja berbeda.  Akan tetapi selalu ada cahaya di ujung lorong yang gelap apabila tetap ada sekelompok pemuda pada setiap zaman yang tidak akan pernah kehilangan sensitivitas dan kepeduliannya. Generasi muda sekarang hidup dalam kondisi yang kondusif, aman, dan tidak ada peperangan lagi. Karena itulah generasi muda sekarang umumnya hanya santai-santai menikmati hidup dengan berbagai fasilitas yang sudah tersedia. Namun mereka tidak menyadari bahwa perang yang terjadi pada zaman sekarang ini bukan lagi perang seperti pada saat penjajahan melainkan perang globalisasi yang dampaknya bukan lagi pada fisik namun pada pola pikir dan pola hidup generasi muda yang cenderung tidak bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Refleksi kisah perjuangan telah terbukti betapa tingginya semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk mengusir dan melawan penjajah sejak awal penjajahan Belanda sampai dengan tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia. Dimana generasi yang lebih tua agar mewariskan tidak hanya pengetahuan tentang tonggak sejarah atas kejadian yang terjadi di masa lalu, namun juga terutama tentang semangat nasionalisme yang berpengaruh atas perjalanan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Karena dengan demikian akan tercipta suatu hubungan emosional secara timbal balik diantaranya dalam kaitan semangat nasionalisme. Hal ini menjadi sebuah tuntutan yang layak, agar generasi muda dapat menghargai jasa-jasa pejuang dan pahlawannya sehingga mereka menempatkan para pejuang dan pahlawan yang terhormat.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi, yakni pengaruh positif dan pengaruh negatif. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Hal ini tentunya akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.Teknologi informasi dan komunikasi merupakan faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu, globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya.
 Pengaruh adanya globalisasi dalam sektor sosial budaya ialah kita dapat meniru pola berpikir yang baik. Seperti membangun etos kerja yang tinggi dan disiplin, serta meniru Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa Indonesia. Pada akhirnya, akan membawa kemajuan bangsa serta mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa. Munculnya globalisasi juga berdampak negatif yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan.  Mayarakat Indonesia, khususnya generasi muda banyak yang lupa mengenai identitas diri sebagai bangsa Indonesia. Karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat. Selain itu, globalisasi juga mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara orang kaya dan miskin. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Pengaruh-pengaruh di atas memang tidak secara langsung berdampak terhadap nasionalisme. Akan tetapi, secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau bahkan hilang. Sebab, globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global, apapun yang ada di luar negeri dianggap baik serta mampu memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di Indonesia.
Globalisasi telah mengubah segalanya, aktivitas, bahkan karakter manusia pun dirubahnya, termasuk nasionalisme generasi muda. Semakin majunya arus globalisasi membuat rasa cinta dan bangga terhadap budaya semakin berkurang, sehingga lambat laun rasa bangga terhadap budayanya sendiri bisa menghilang dan menurunkan kurangnya rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia. Semangat nasionalisme sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa agar setiap elemen bangsa bekerja dan berjuang keras mencapai jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa ini merupakan modal yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan di masa depan. Penguatan semangat nasionalisme dalam konteks globalisasi saat ini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam percaturan global. Generasi muda adalah elemen strategis di masa depan. Mereka seharusnya menyadari bahwa dalam era globalisasi sekarang ini, generasi muda dapat berperan sebagai subjek maupun objek.

NATIOPOLIN (Nationalism Minipoly Indonesia)
NATIOPOLIN (Nationalism Minipoly Indonesia) adalah media pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme generasi muda berbasis kearifan lokal yang berbentuk seperti permaianan monopoli, namun cara memainkannya seperti pemainan ular tangga. Kekayaan bangsa Indonesia akan kearifan lokal (tradisional) sudah ada dari nenek moyang masyarakat Indonesia terdahulu. Hanya implementasinya sudah semakin terdegradasi oleh perubahan zaman dan pengaruh budaya asing. Seharusnya kearifan lokal ini tidak hanya dipandang sebagai sebuah mozaik yang indah, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai kekuatan untuk menyelenggarakan pembangunan yang mampu meningkatkan rasa nasionalisme generasi muda saat ini.
NATIOPOLIN dimaksudkan sebagai upaya untuk mengajarkan cinta tanah air dengan cara yang kreatif dan menyenangkan terutama untuk generasi muda agar tidak semata-mata karena terpaksa, tetapi rasa cinta itu benar-benar tumbuh. Dengan memperkenalkan berbagai keragaman budaya dan kekayaan sumber daya alam bangsa Indonesia, serta menceritakan perjuangan para pahlawan dalam melawan penjajah dalam sebuah bentuk permainan akan membuat generasi muda merasa tertarik dan sadar serta merasa beruntung telah dilahirkan di Indonesia, sehingga muncul jiwa nasionalisme untuk menjaga keutuhan dan persatuan tanah air Indonesia di tengah derasnya arus globalisasi saat ini.
Selayaknya permainan monopoli pada umumnya, dalam NATIOPOLIN juga terdapat petak, bidak, dadu, dan beberapa jenis kartu, namun tidak terdapat uang monopoli. Petak tersebut terbagi ke dalam 100 kolom sebagaimana kolom yang terdapat pada permainan ular tangga. Terdapat tangga untuk naik dan turun. Cara memainkannya sama dengan ular tangga pada umumnya, yang mencapai kolom 100 terlebih dahulu maka dia yang akan memenangkan permainan. Dalam petak tersebut terdapat gambar-gambar yang menunjukkan keragaman budaya serta para pahlawan bangsa Indonesia. Ketika pemain berhenti di kolom tersebut, maka pemain harus menjelaskan gambar yang terdapat di kolom tepat ia berhenti. Jika benar maka ia boleh melanjutkan permainan, namun jika salah maka ia harus turun ke kolom di bawahnya. Jika pemain menjawab benar, maka kolom tersebut berhak menjadi rumah atau markas dari pemain tadi. Jika ada pemain lain yang berhenti di kolom tersebut (rumah/markas), maka pemain tadi boleh memberikan pertanyaan seputar gambar yang ada pada kolom tersebut. Jika pemain lain tersebut menjawab benar, maka ia boleh melanjutkan permainan namun jika menjawab salah maka ia harus turun ke kolom di bawahnya.
Sementara itu, dari kolom 1-100 akan ada beberapa kolom yang terdapat tulisan kartu tanya dan kartu bonus. Jika pemain berhenti di tempat tersebut, maka pemain wajib mengambil kartu dan menjawab atau mengikuti petunjuk pada kartu tersebut. Pertanyaan berisi tentang penjelasan terhadap karakter pahlawan atau budaya Indonesia yang terdapat pada kartutersebut. Jika pemain menjawab benar maka mereka akan melanjutkan permainan, namun jika mereka menjawab salah maka akan diturunkan ke kolom di bawahnya. Salah satu jenis dari kartu bonus adalah kartu bebas. Pemain yang mempunyai kartu ini akan digunakan apabila mereka tidak bisa menjawab pertanyaan dari pemain lain atau mereka berhenti di sebuah kolom bergambar dan tidak bisa menjelaskan seputar gambar tersebut. Maka ia boleh melanjutkan permainan tanpa harus turun ke kolom di bawahnya. Nuansa kearifan lokal benar-benar terasa saat bermain NATIOPOLIN ini.
NATIOPOLIN diharapkan dapat membuat generasi muda sadar dan paham akan rasa cinta terhadap tanah air. Landasan dasar NATIOPOLIN adalah nasionalisme dengan memberikan orientasi nilai (value of orientation) bagi kemajuan peradaban bangsa dan negara ke depan dengan mengintegrasikan semangat nasionalisme dengan kebutuhan kemajuan bangsa di masa depan. Sehingga dengan NATIOPOLIN ini diharapkan terciptanya satu perubahan dari sekedar good menjadi great yang dibutuhkan bagi kesuksesan membangun peradaban bangsa di masa depan. Selain itu, dengan hadirnya NATIOPOLIN diharapkan dapat menumbuhkan dan membangkitkan kembali jiwa nasionalisme yang sudah mulai memudar akibat pengaruh globalisasi.

Penutup
Globalisasi memang tidak bisa dihindari. Jika kita menghindari justru akan menjadi manusia yang primitif lagi, akan tetapi sebaiknya harus lebih selektif terhadap pengaruh globalisasi. Sebagai generasi muda bangsa Indonesia, kita harus membangkitkan nasionalisme dan cinta tanah air yang cenderung meredup di tengah peliknya masalah ekonomi dan politik bangsa, semangat akan nilai-nilai nasionalisme harus tetap dijalankan. Pada akhirnya generasi muda harus memutuskan rasa kebangsaan yang harus dibangkitkan kembali. Namun bukan nasionalisme dalam bentuk awalnya seabad yang lalu, melainkan nasionalisme yang harus dibangkitkan kembali adalah nasionalisme yang diarahkan untuk mengatasi berbagai permasalahan, bagaimana bersikap jujur, adil, disiplin, berani melawan kesewenang-wenangan, tidak korupsi, dan sebagainya. Bila tidak bisa, artinya generasi muda tidak bisa lagi mempertahankan eksistensi bangsa dan negara dari kehancuran. Rasa nasionalisme dapat ditunjukkan dengan menghargai dan melestarikan budaya bangsa warisan dari nenek moyang yang beragam. Penanaman rasa nasionalisme dengan menghargai budaya dimaksudkan untuk dapat meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air.
Penulis menyarankan bahwa NATIOPOLIN dicoba untuk diterapkan di sekolah atau dalam permainan generasi muda pada umumnya untuk dapat lebih menambah dan meningkatkan rasa nasionalisme mereka. Generasi muda adalah calon penerus perjuangan dan pembangunan bangsa di masa yang akan datang. Oleh karena itu, agar generasi muda dapat lebih kreatif dan sadar untuk menumbuhkan rasa nasionalisme, maka NATIOPOLIN dihadirkan untuk mewujudkan hal tersebut. Selain itu, masyarakat dan pemerintah juga harus turut serta dalam mengupayakan peningkatan rasa nasionalisme dikalangan generasi muda melalui berbagai kegiatan yang positif.







DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2011. Pahlawan Nasional. Yogyakarta : Buku Biru
Dahlan, Saroji dan Asy’ari. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga
http://www.rijal09.com/2016/12/6-cara-menumbuhkann-jiwa-nasionalisme-pada-generasi-muda-bangsa.html
Jemadu, Aleksius. 2008. Citra Masyarakat Globalisasi. Jakarta : Sinar Harapan
Nur, Tirtaharja. 2001. Kebangkitan Nasionalisme Indonesia. Jakarta : Arya Ajisaka
Suparman. 2011. Globalisasi. Jakarta : Rineka Cipta
Surono. 2010. Nasionalisme dan Pembangunan Karakter Bangsa. Yogyakarta : Pusat Studi Pancasila Press.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Essay - Pengelolaan Sampah

Contoh Essay - Pelestarian Alam dan Lingkungan Secara Berkelanjutan

Contoh Essay - Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah