Contoh Essay - Mengembangkan Perikanan Unggul


“Optimalisasi Bonus Demografi Untuk Mengembangkan Perikanan Berbasis Potensi Lokal yang Unggul Melalui Pemberdayaan Sumber Daya Kelautan yang Lestari Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan”
Mas Dana


Pendahuluan
Bonus Demografi adalah suatu keadaan negara di mana jumlah usia produktifnya (15 - 64 th) lebih banyak dibandingkan usia non produktif (0 - 4 dan > 65 th). Bonus demografi di Indonesia sudah mulai dari tahun 2010, keadaan ini akan berlangsung hingga tahun 2030, bahkan maksimal 2035. Bonus demografi ini  dapat memberikan keuntungan dan juga kerugian. Oleh sebab itu, perlu ada gerak cepat untuk mengambil langkah – langkah penanganan secara efektif dan berkesinambungan yang tidak hanya berkutat pada teori kependudukan saja. Semua elemen bangsa dari hulu ke hilir harus mampu mengisi sekaligus mengantisipasi dalam menghadapi Bonus Demografi ini, sehingga perlahan tapi pasti dapat menyeleseikan masalah – masalah yang dialami oleh bangsa Indonesia.
Indonesia sebagai negara kepulauan  terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 1.300 pulau dengan panjang pantai ketiga di dunia, yaitu mencapai 95.181 km2 serta luas wilayah laut 5,4 juta km2 membuat Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk di dalamnya  potensi besar dalam sumber daya kelautan dan perikanan. Di samping itu, Indonesia juga merupakan produsen perikanan budidaya dunia dengan kenaikan rata – rata produksi per tahun sejak 2003 mencapai 8,79%. Secara umum, tren perikanan budidaya dunia terus mengalami kenaikan, sehingga masa depan perikanan dunia akan terfokus pada pengembangan budidaya perikanan. Optimalisasi fungsi laut secara berkelanjutan dapat dijadikan sebagai media untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Pengelolaan sumber daya kelautan dan  perikanan berdasarkan  potensi lokal yang unggul merupakan awal keberhasilan bangsa Indonesia dalam menghadapi Bonus Demografi sehingga dapat bersaing dengan bangsa – bangsa lainnya.
Sumber daya perikanan nasional sampai saat ini belum memberikan manfaat dan kontribusi yang maksimal bagi kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia. Sebagai gambaran, pada subsektor perikanan tangkap, walaupun tingkat pemanfaatan sumber daya ikan diperkirakan telah lebih dari 75% dari potensi lestarinya, tetapi sebagian besar (sekitar 95%) struktur armada penangkapannya masih tergolong dalam skala kecil yang daya jelajahnya hanya terbatas di perairan pantai dengan tingkat produktivitas dan efisiensi usaha yang relatif rendah. Hal ini berarti konsentrasi pusat penangkapan ikan saat ini bertumpu pada wilayah – wilayah perairan pantai yang terdekat dengan konsentrasi penduduk. Kenyataan ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam pemanfaatan potensi sumber daya ikan yang ada, sehingga mengakibatkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan di wilayah tertentu atau overfishing, namun di sisi lain ada wilayah yang masih under fishing. Akibat langsung dari adanya ketidakseimbangan pemanfaatan tersebut adalah di wilayah – wilayah perairan yang overfishing umumnya akan terjadi degradasi lingkungan, kemiskinan, dan rawan konflik pada kawasan tersebut.

Kondisi Perikanan di Indonesia
Dilihat berdasarkan produk berbasis agromaritim, sejatinya Indonesia memiliki komoditas potensial berprospek cerah dengan adanya pasar besar. Tanah subur, iklim tropis, dan garis pantai panjang merupakan bentuk keunggulan komperatif. Beberapa daerah memiliki komoditas unggulan, seperti rumput  laut, perikanan, dan lain – lain. Dengan demikian, sudah saatnya bangsa Indonesia  harus bisa memanfaatkan momentum Bonus Demografi ini sebagai upaya untuk  mengembangkan perikanan berbasis potensi lokal yang unggul sebagai penyokong ketahanan pangan nasional sehingga tidak bergantung pada kekuatan ekonomi negara Amerika atau  Cina. Eksistensi kelautan dan perikanan harus dijaga karena menyangkut kekayaan alam dan geopolitik bangsa. Konstitusi menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam dikuasai negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Negara dengan demikian memiliki tanggung jawab mengelola sumber daya kelautan dan perikanan untuk kesejahteraan rakyat.
Pada dasarnya, kondisi perikanan Indonesia sangat memprihatinkan. Berikut pernyataan kondisi perikanan Indonesia yang dilansir oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 18 Tahun 2011 adalah sebagai berikut :
1.    Luas laut Indonesia 5,8 juta km2 atau 2/3 luas wilayah RI dan panjang pantai 95.181 km, akan tetapi PDB perikanan baru sekitar 3,2%.
2.    Potensi sumber daya perikanan tangkap 6,4 juta ton per tahun, akan tetapi nelayan masih miskin.
3.    Produksi perikanan tangkap di laut sekitar 4,7 ton per tahun dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan maksimum 5,2 juta ton per tahun, sehingga hanya tersisa 0,5 juta ton per tahun.
4.    Produksi Tuna naik 20,17% pada tahun 2007, akan tetapi produksi Tuna hanya 4,04% dari seluruh produksi perikanan tangkap.
5.    Jumlah nelayan sebesar 2.755.794 orang, akan tetapi lebih dari 50% atau 1.466.666 nelayan sambilan utama dan sambilan tambahan.
6.    Jumlah nelayan naik, yaitu 2,06% pada tahun 2006 – 2007 dan ikan makin langka.
7.    Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Tangkap 958.499 buah, naik 2,60%. Akan tetapi sebanyak 811.453 RTP berskala kecil tanpa perahu, perahu tanpa motor, dan motor tempel.
8.    Armada perikanan tangkap di laut sebanyak 590.314 kapal, akan tetapi 94% berukuran kurang dari 5 GT dengan SDM berkualitas rendah dan kemampuan produksi rendah.
9.    Potensi tambak seluas 1.224.076 Ha, tetapi yang direalisasi baru seluas 612.530 Ha. Sedangkan potensi budidaya laut seluas 8.363.501 Ha, tetapi yang direalisasi hanya 74.543 Ha.
Inilah kondisi perikanan Indonesia saat ini, sebuah potensi sumber daya yang besar namun belum ditata dan dikelola dengan baik. Sebuah potensi yang belum dimanfaatkan secara sempurna, sebuah potensi yang yang pincang tak dikelola, dan sebuah potensi yang lemah tanpa ada ilmu dan tekhnologi yang mengiringinya. Ini menjadi sebuah tantangan bagaimana menanamkan pola pikir bahwa sumber daya perairan nasional memerlukan sistem pengelolaan yang seimbang antara pemanfaatan dan pelestarian, karena ia rentan terhadap kerusakan. Sumber daya perikanan ini membutuhkan perhatian agar tercipta keseimbangan dari aspek ekonomi, sosial, dan ekologi.

Produksi Perikanan Indonesia
Produksi perikanan tahun 2013 mencapai 6,1 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 4,91 % dibandingkan tahun 2012. Berdasarkan tempat pendaratan  ikan di pantai Maluku dan Papua berkontribusi cukup besar terhadap volume produksi perikanan di laut, yaitu sebesar 19,48 % (1,1 juta ton). Selanjutnya pantai Utara Jawa sebesar  15,68 % (894 ribu ton), pantai Utara Sulawesi sekitar 11,12 % (634 ribu ton), pantai Timur Sumatera sebesar 10,43 % (595 ribu ton), pantai Selat Malaka sebesar 8,68 % (495 ribu ton), pantai Bali – Nusatenggara sebesar 6,10 % (348 ribu ton), pantai Selatan Kalimantan sebesar 5,78 % (330 ribu ton), pantai Selatan Jawa sebesar 3,27 % (187 ribu ton), dan pantai Timur Kalimantan sebesar 2,87 % (164 ribu ton). Provinsi dengan produksi perikanan di laut terbesar di Indonesia tahun 2013 berturut – turut adalah Provinsi Maluku (551 ribu ton), Provinsi Sumatera Utara (508 ribu ton), Provinsi Jawa Timur (378 ribu ton), dan Provinsi Sulawesi Utara (282 ribu ton). Rata – rata produksi perikanan tahun 2003 – 2013 menurut provinsi dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel Rata – rata Produksi Perikanan Menurut Provinsi Tahun 2003 - 2013
No
Provinsi
Rata-rata Produksi 2003 -2013 (ton)
Kontribusi Rata -rata Produksi Nasional (persen)
1
Maluku
466.195
8,99
2
Sumatera Utara
407.139
7,85
3
Jawa Timur
381.360
7,35
4
Sulawesi Selatan
282.703
5,45
5
Papua
254.852
4,91
6
Jawa Tengah
229.719
4,43
7
Sulawesi Utara
217.885
4,20
8
Sulawesi Tenggara
198.885
3,83
9
Jawa Barat
182.223
3,52
10
Kalimantan Selatan
176.562
3,40
Sumber  : DJPT
Ekonomi baru setidaknya dapat dihasilkan dari sumber laut. Fakta empiris menunjukkan sekitar 72 % permukaan bumi berupa laut yang menyediakan sekitar 97 % dari keseluruhan ruang kehidupan bumi. Potensi wilayah laut Indonesia sebesar 5, 4 juta Km2 lebih besar dibandingkan wilayah darat dan potensi ikan laut dunia menjadikan bangsa Indonesia memiliki modal dasar potensi pembangunan yang jauh lebih besar dan beragam daripada negara -  negara lain. Bidang kelautan akan semakin strategis bagi Indonesia, seiring dengan pergeseran pusat ekonomi dunia dari poros atlantik ke Asia – Pasifik. Sekitar 75 % dari produk dan komoditas yang diperdagangkan ditransportasikan melalui laut Indonesia dengan nilai sekitar US$ 1.300 triliun setiap tahunnya. Karena Indonesia secara geoekonomi paling strategis, maka seharusnya Indonesialah  yang mendapatkan  keuntungan paling besar dari arus perdagangan global tersebut.

Permasalahan Sektor Perikanan di Indonesia
Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia terkait pengembangan hasil perikanan adalah rendahnya kompetensi dan daya saing sumber daya manusia kelautan dan perikanan dalam pengeloaan sumber daya perikanan yang unggul. Masalah kelautan menurut RPJMN 2015 – 2019 diantaranya adalah penataan ruang laut masih lemah. Di  samping itu, pengelolaan pulau – pulau kecil dan pulau – pulau kecil terluar belum optimal, keterbatasan sarana dan prasarana dasar, berupa  listrik, air, dan telekomunikasi, kurang memadainya jumlah kapal dan rute penghubung antar pulau kecil dan antara kecil dengan pulau  besar, belum optimalnya peningkatan kualitas dan kuantitas SDM  kelautan, serta belum terbangunnya secara utuh kelembagaan pendidikan dan pelatihan kelautan.
Tingginya kebutuhan sumber daya ikan dari kegiatan penangkapan dan budidaya mendorong sektor perikanan dan kelautan makin mandiri dan bersaing dengan perikanan dan kelautan negara lainnya. Ketidakmampuan mengelola sumber daya perikanan dan kelautan seperti saat ini bukan tidak mungkin akan membuat perikanan Indonesia makin tenggelam. Fakta selama ini dari sisi tekhnologi, hampir 90% nelayan Indonesia adalah nelayan tradisional yang tidak memiliki tekhnologi penangkapan yang memadai. Dari sisi jumlah orang miskin yang tinggal di pesisir Indonesia mencapai 33.768.000  jiwa. Sebuah kondisi yang sangat memprihatinkan.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sehingga sulit untuk melakukan optimalisasi pengembangan perikanan berbasis potensi lokal yang unggul adalah rendahnya kompetensi dan daya saing sumber daya manusia kelautan dan perikanan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. Permasalahan tersebut pada akhirnya menyebabkan terjadinya permasalahan yang lebih besar yang berkaitan dengan pembangunan kelautan dan perikanan. Masalah kelautan dan perikanan dari tahun ke tahun adalah sama, namun kompleksitas permasalahan tersebut tidak kunjung terseleseikan. Oleh karena itu, sangat wajar apabila masyarakat perikanan di seluruh Indonesia mengharapkan terjadinya perubahan yang signifikan di dunia kelautan dan perikanan.

Solusi Permasalahan Sektor Perikanan di Indonesia
 Dalam rangka mewujudkan SDM kelautan dan perikanan yang memiliki kompetensi dan daya saing yang tinggi dalam pengelolaan sumber daya kelautan yang lestari, maka penulis mengusulkan ada beberapa langkah yang harus diterapkan sebagai upaya untuk menyongsong Bonus Demografi sehingga hasil perikanan nantinya dapat dijadikan sebagai sumber peningkatan pendapatan dan kesejahteraan bagi nelayan.
Langkah pertama, Peningkatan kualitas pendidikan sumber daya kelautan dan perikanan. Dalam hal ini konteksnya adalah nelayan atau masyarakat yang bekerja di bidang kelautan dan perikanan. Pendidikan untuk nelayan pada hakikatnya merupakan human investman dan social capital, baik untuk kepentingan pembangunan daerah maupun pembangunan nasional. Pendidikan merata dan bermutu baik melalui  pendidikan sekolah maupun luar sekolah akan berdampak pada kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Pemerintah harus senantiasa memberikan pelatihan, pendidikan, dan penyuluhan tentang kelautan dan perikanan yang bersifat rutin sehingga mampu menghasilkan regenerasi nelayan yang memiliki kemandirian, kompetensi, dan kualitas sumber daya kelautan yang memadai pula.
Langkah kedua, Peningkatan fasilitas pemasaran dan anggaran pembangunan. Perlunya dukungan kelengkapan tekhnologi perahu maupun alat tangkap agar kemampuan nelayan Indonesia bisa sepadan dengan nelayan bangsa lain. Begitu pula dengan fasilitas pengolahan dan penjualan ikan harus lebih diperhatikan dan ditingkatkan lagi, sehingga harga jual ikan dapat ditingkatkan lagi. Di samping itu, pemerintah juga harus senantiasa memberikan kucuran dana segar kepada para nelayan sehingga mereka dapat leluasa dalam mengembangkan usaha mereka. Kementrian kelautan dan perikanan harus terus memberikan perhatian dan dukungan anggaran baik melalui APBN maupun DAK untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan di daerah. Anggaran tersebut diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan produksi, mutu hasil tangkapan, produktivitas nelayan dengan menerapkan tekhnologi penangkapan yang ramah lingkungan, serta dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan.
Langkah ketiga, Peningkatan kapasitas kemitraan bagi nelayan. Sektor kelautan dan perikanan relatif belum berkembang, salah satu penyebabnya karena permodalan yang kurang dan akses pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan permodalan dari lembaga keuangan/perbankan juga masih kurang. Dengan peningkatan kapasitas kemitraan bagi nelayan diharapkan dapat mengatasi lemahnya struktur permodalan dan kurangnya akses kepada sumber pembiayaan. Di samping itu, diharapkan juga dapat memperbaiki pengembangan dan peningkatan kualitas produk dan meningkatkan pengembangan pasar.
Langkah keempat, Peningkatan pengelolaan pulau – pulau kecil sebagai kekuatan ekonomi. Aktivitas memanfaatkan sumber daya perairan yang dapat dikembangkan untuk menjadi landasan fundamental ekonomi masyarakat di pulau – pulau kecil seperti perikanan tangkap, budidaya laut, serta kegiatan wisata bahari seperti pemancingan diperlukan peningkatan daya serap dan adopsi tekhnologi sebagai strategi pemberdayaan dalam peningkatan produksi dan diversifikasi usaha melalui pembinaan keterampilan dan pelatihan penggunaan tekhnologi tepat guna. Pengelolaan pulau – pulau kecil bertujuan untuk menciptakan stabilitas kawasan dan memberdayakan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.
Langkah kelima, Optimalisasi pengawasan UU tentang pengeloaan sumber daya perikanan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pemerintah harus memaksimalkan implementasi kebijakan – kebijakan yang telah tertera pada UU yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya perikanan. Aturan – aturan yang berlaku di dalamnya harus jelas dan ditegakkan pelaksanaannya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para nelayan. Di samping itu, adanya pemberian sanksi yang tegas juga perlu diterapkan guna memberikan efek jera kepada oknum pelanggaran di bidang perikanan. Dengan demikian, diharapkan terjadi peningkatan pertumbuhan PDB perikanan.
Langkah keenam, Penemuan hasil perikanan potensi lokal yang unggul.  Dalam hal ini, pemerintah bersama kementrian kelautan dan perikanan beserta dinas terkait melakukan pencarian terkait potensi perikanan yang dimiliki oleh suatu daerah. Pemerintah harus mampu menemukan keunggulan atau potensi lokal yang dimiliki oleh setiap daerah. Langkah selanjutnya adalah pemerintah harus mampu melakukan pemberdayaan kepada nelayan yang ada di daerah tersebut dengan memberikan pelatihan secara kontinyu terkait potensi perikanan yang ada di daerah tersebut. Pemerintah harus mendesak para nelayan agar mampu mengoptimalkan sumber daya kelautan berbasis potensi lokal yang unggul di daerah tersebut. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para nelayan. 

Penutup
Indonesia memiliki banyak potensi sekaligus peluang yang dapat menjadi keunggulan kompetitif. Diantaranya adalah hadirnya Bonus Demografi sejak 2010. Potensi ini penting untuk dioptimalkan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kelompok penduduk terbesar yang menyumbang Bonus Demografi adalah kalangan muda. Kondisi geografis dan kekayaan alam juga menjadi potensi dan peluang pengembang, salah satunya di sektor kelautan dan perikanan. Indonesia dengan 17.000 pulau dan lautan yang luas menjadi daya pikat dan daya tarik investasi. Namun jika tidak dikelola dengan baik, maka akan menjadi ancaman bagi pembangunan berkelanjutan. 
Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan perlu dilakukan secara baik, terpadu, dan berimbang agar dapat memenuhi kebutuhan baik untuk generasi kini maupun generasi yang akan datang. Pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan berbasis potensi lokal yang unggul melalui pemberdayaan sumber daya kelautan yang lestari merupakan strategi yang sangat tepat bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi nelayan di Indonesia.





DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2014. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Kelautan dan Perikanan Dalam Angka. Medan : Kementerian Kelautan dan Perikanan
Nur Bambang, Azis. 2010. Penyuluhan Pembangunan Perikanan. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Solihin, Dadang. 2011. Penguatan Kapasitas Daerah Dalam Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Batam : Forum Pertemuan Teknis Monev Program dan Kegiatan Kementrian Kelautan dan Perikanan





Comments

Popular posts from this blog

Contoh Essay - Pengelolaan Sampah

Contoh Essay - Pelestarian Alam dan Lingkungan Secara Berkelanjutan

Contoh Essay - Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah