Contoh Essay - Membangun Mental dan Karakter


“Optimalisasi Penanaman Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Membangun Mental dan Karakter Peserta Didik yang Berjiwa Nasionalis Sebagai Upaya Mengatasi  Degradasi Moral Bangsa”
Mas Dana


Pendahuluan
Dunia pendidikan sedang dilanda cobaan untuk  menguji seberapa jauh efektivitasnya dalam mendidik anak bangsa ini sehingga tidak sekedar cerdas secara intelektual namun juga cerdas secara emosional, memiliki nurani dan budi pekerti dalam menerapkan ilmu dan pengetahuannya secara benar dan tidak menyimpang. Keberpihakan pada konsep kebenaran dapat mengacu pada konsep hukum positif yang berlaku, kebenaran agama karena negeri ini negeri yang berketuhanan, serta norma luhur warisan para pendahulu bangsa baik berupa adat tata krama, norma sopan santun, dan penghormatan pada asas universal terhadap hak asasi manusia.
Krisis budi pekerti memang tidak dapat diseleseikan hanya di lingkup pendidikan, karena para pelajar hidup secara nyata di lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Namun, lembaga pendidikan dibentuk dan dibuat memang dipersiapkan tidak sekedar mengasah otak, namun secara langsung atau tidak langsung juga memiliki kewajiban mengasah kepribadian dan karakter anak didiknya. Dengan demikian diharapkan adanya pola pendidikan tentang budi pekerti yang mempunyai penilaian terukur melalui standar kompetensi, kompetisi dasar, dan indikator penilaiannya.

Kondisi Umum Perilaku Budi Pekerti di Indonesia
Akhir – akhir ini, kita melihat berbagai kasus yang mencerminkan penurunan kualitas moral rakyat Indonesia. Sepanjang tahun 2013 terjadi  342.084 kasus kejahatan di Indonesia. Dalam perhitungan BPS, selama periode 2013 setiap dalam 1 menit 32 detik terjadi satu tindakan kriminal di Indonesia. Dari indeks kejahatan pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 68 dari 147 negara. Posisi Indonesia dalam indeks kejahatan itu tercermin pula dalam perkembangan angka kejahatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data tersebut, maka bisa dibayangkan bahwa ancaman tindak kejahatan mengintai kita di mana – mana. Semua ini menunjukkan bahwa kondisi moral bangsa Indonesia terutama generasi muda sudah mulai mengalami penurunan kualitas moral sehingga perlu mendapat perhatian yang serius.
Dari hasil  penelitian Parji dan tulisan Leman dapat disimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dianggap belum berhasil sesuai harapan. Hambatan internal maupun eksternal ternyata teridentifikasi sebagai penyebab belum berhasilnya pendidikan budi pekerti. Muatan budi pekerti dan pendidikan moral seakan – akan hanya menjadi tanggung jawab guru agama, PKN, dan bimbingan konseling. Sedangkan untuk pengampu mata pelajaran lainnya karena menganggap bukan bagian dari tugasnya maka penanaman budi pekerti secara terintegrasi belum dapat terlaksana. Hambatan lain berupa kurikulum yang masih belum mengaitkan dengan aspek moral, namun cenderung bersifat formal ke tekstual. Menurunnya kualitas budi pekerti inilah yang mewarnai kehidupan remaja pada era modern saat ini sebagaimana yang tergambarkan dari maraknya pemberitaan terhadap penyimpangan perilaku generasi harapan bangsa
Inti dari semua masalah ini sebenarnya hanya berpusat pada lemahnya penerapan budi pekerti yang seharusnya dijadikan dasar tindakan seluruh masyarakat dalam menjalankan kehidupannya. Budi pekerti yang mengatur bagaimana harus berperilaku luhur sesuai aturan – aturan masyarakat dan mencirikan kesantunan khas yang bersumber pada akhlak manusia yang beradap. Hal ini juga menunjukkan bahwa penanaman nilai budi pekerti haruslah di mulai dari generasi yang sedini mungkin dengan sistematis pendidikan yang tepat dan harus diikuti penguatan nilai budi pekerti kepada generasi yang sudah berjalan. 

Penyimpangan Moral Pada Remaja Saat Ini
Beraneka ragam tingkah laku atau perbuatan remaja yang menyimpang dari moral sering menimbulkan kegelisahan dan permasalahan terhadap orang lain. Penyimpangan  moral tersebut dapat berwujud sebagai kenakalan atau kejahatan. Berikut adalah beberapa contoh dari penyimpangan -  penyimpangan moral pada remaja yang sering terjadi dan muncul dalam media- media pemberitaan.
1.    Penggunaan Narkoba
Globalisasi dan modernisasi tidak dapat dipungkiri lagi telah mendatangkan keuntungan bagi manusia. Arus informasi yang masuk ke negeri ini semakin sulit dibendung. Dampak negatifnya ialah  banyak remaja yang terjerumus mengikuti budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia, misalnya menggunakan narkoba. Penggunaan narkoba biasanya dimulai dengan coba – coba yang bertujuan sekedar memenuhi rasa ingin tahu remaja, namun sering keinginan untuk mencoba ini menjadi tingkat ketergantungan.
2.    Mengonsumsi Alkohol
Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang merupakan penyebab utama kematian remaja. Menurut Clinical and Experimental  Research, remaja yang mengonsumsi alkohol daya ingatnya akan berkurang  hingga 10 %. Substance Abuse and Mental Health Services Administration juga mengatakan bahwa 31 % remaja yang minum alkohol mengaku stress karena jarang diperhatikan oleh orang tua.
3.    Pergaulan Bebas
Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah adalah membaca buku porno dan menonton film porno. Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman, kebutuhan biologis, dan merasa kurang taat pada nilai agama. Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Ohio University menyebutkan bahwa remaja yang melakukan hubungan seksual di usia dini cenderung menjadi pribadi yang meresahkan masyarakat, yaitu menjadi seorang pemalak.
4.    Tawuran
Istilah tawuran sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar sekolah. Kekerasan dengan cara tawuran sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang terpelajar pun leluasa melakukan hal – hal yang bersifat anarkis, premanis, dan  rimbanis. Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu sendiri, tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.

Solusi Mengatasi Degradasi Moral Bangsa
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai sebuah solusi dalam penanganan sekaligus penanaman nilai – nilai budi pekerti dalam membangun mental dan karakter peserta didik yang berjiwa nasionalis sebagai upaya mengatasi degradasi moral bangsa adalah sebagai berikut.
Langkah Pertama, Penanaman nilai – nilai budi pekerti dituangkan dalam kurikulum pendidikan nasional dan menjadi satu mata pelajaran tersendiri, sehingga ada penilaian yang terukur dan menyangkut aspek karakter dan perilaku peserta didik. Perlu adanya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini pihak yang berkaitan dengan pendidikan kepada sekolah – sekolah tentang betapa pentingnya penanaman nilai – nilai budi pekerti dituangkan dalam kurikulum pendidikan nasional dan menjadi sebuah mata pelajaran sendiri. Di dalam sosialisasi tersebut nantinya, diharapkan juga memberikan pelatihan dan pengenalan mengenai karakter para tokoh bangsa Indonesia sebagai sebuah suri teladan yang patut untuk dicontoh dan dapat membangkitkan semangat nasionalisme para generasi muda. Dengan demikian, diharapkan hasil sosialisasi nantinya segera ditindaklanjuti menjadi sebuah kebijakan – kebijakan yang strategis dan dapat mewujudkan keberhasilan penanaman nilai – nilai budi pekerti.
Langkah Kedua, Mengalokasikan anggaran pelatihan bagi para guru dalam  melakukan integrasi materi moral dan budi pekerti sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dan budi pekerti peserta didik. Dalam hal ini guru juga dituntut melakukan profesionalisme kerja yang tidak hanya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga dapat memberi contoh keteladanan secara nyata dalam sikap maupun perilaku, terutama keteladanan yang mampu membangkitkan semangat nasionalisme para peserta didik.
Langkah Ketiga, Pemberian sanksi yang tegas bagi siswa yang melakukan perbuatan tercela, sehingga memberikan efek jera bagi siswa tersebut agar ke depannya tidak mengulanginya lagi. Pasalnya sejauh ini masih banyak sekolah – sekolah yang kurang tegas dalam memberikan sanksi  kepada  peserta didik yang bersalah. Aturan tersebut seolah – olah hanya menjadi slogan dan hiasan dinding saja, namun masih kurang dalam penerapannya bahkan cenderung tidak ada. Jadi, ke depan aturan tersebut harus lebih ditegakkan lagi.
Langkah Keempat, Mengimplementasikan metode pembelajaran “Nation and Character Building” pada sekolah – sekolah di tingkat SD, SMP, dan SMA atau Se-derajat dengan aspek 5 E, yaitu Example (memberi contoh), Explanation (menjelaskan), Exhortation (mengingatkan), Environment (lingkungan), dan Experience (pengalaman).
Langkah Kelima, Memperkuat hubungan antar keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga unsur tersebut harus saling mendukung (sinergi) untuk peningkatan pembentukan karakter peserta didik. Akibat ketidaksinergian ini, pembentukan karakter peserta didik menjadi parsial dan tidak holistik, akibatnya muncul gejala anak yang bersikap baik di sekolah tetapi di luar sekolah berprilaku kurang baik. Maka dalam prosesnya pendidikan dan pembelajaran di sekolah harus mampu mengembangkan seluruh dimensi dan potensi serta aspek – aspek peserta didik secara utuh dan menyeluruh. Di samping itu, orang tua dan masyarakat secara umum sangat menentukan maju tidaknya sebuah pendidikan, termasuk di dalamnya mampu memberikan sekaligus menanamkan nilai – nilai dasar budi pekerti kepada setiap anak didiknya.

Penutup
Sadar atau tidak, bahwa sesungguhnya keberhasilan sebuah pembangunan pendidikan nasional salah satu diantaranya sangat ditentukan oleh seberapa jauh penanaman nilai – nilai budi pekerti mampu diimplementasikan secara baik. Kita tentu  ingin menciptakan generasi yang tak hanya pandai dalam nilai akademis, tetapi juga memiliki sifat yang sesuai dengan nilai – nilai budi pekerti dan budaya Indonesia. Oleh karena itu, penulis sangat berharap agar pemerintah melihat kondisi ini sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan dan penting untuk segera diimplementasikan. Dengan demikian, cita – cita dari pendidikan nasional yaitu pembangunan mental dan karakter anak bangsa dapat terwujud.






DAFTAR PUSTAKA

Borba, M. 2008. Membangun Kecerdasan Moral : Tujuh Kebijakan Utama agar Anak Bermoral Tinggi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Budiniangsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta : Rineka Cipta
Darmadi, Hamid. 2007. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : Alfabeta
Dikdasmen. 2004. Model Pengintegrasian Budi Pekerti ke dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk Guru SMU/SMK/MA. Jakarta
Madya Ekosusilo dan Kasihadi. 1989. Dasar – Dasar Pendidikan. Semarang : Effar Publishing
Mulyadi, S. 1997. Anakku, Sahabatku, dan Guruku. Jakarta : Erlangga
Mustaqim, Abdul Wahid. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Suparno, Paul dkk. 2002. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah : Suatu Tinjauan Umum. Yogyakarta : Kanisius
Sutja, Akmal. 2007. Pendidikan  Budi Pekerti Jilid Satu, Dua, dan Tiga. Jakarta : Intermasa
Widianingsih, R.dan M.W.R. Widyarini. 2009. Dukungan Orang Tua dan Penyesueian Diri Remaja Mantan Pengguna Narkoba. Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 1 Hal : 10 -  15
Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta : PT Bumi Aksara


Comments

Popular posts from this blog

Contoh Essay - Pengelolaan Sampah

Contoh Essay - Pelestarian Alam dan Lingkungan Secara Berkelanjutan

Contoh Essay - Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah