Contoh Essay - Meningkatkan Daya Saing Produk Hortikultura

“Meningkatkan Daya Saing Produk Hortikultura Melalui Inovasi ELYANING (Echo Friendly Plant’s Packaging)”

Mas Dana



Pendahuluan
Keragaman genetika hortikultura yang dimiliki Indonesia sangat tinggi. Berdasarkan Kepmentan Nomor 551/Kpts/PD.9/2006, komoditas hortikultura yg potensial dikembangkan sebanyak 323 komoditas, terdiri atas buah-buahan sebanyak 60 jenis, sayuran sebanyak 80 jenis, biofarmaka sebanyak 66 jenis dan tanaman hias sebanyak 117 jenis. Dari jumlah komoditas tersebut, sampai akhir tahun 2007 hanya 70 jenis yang tercatat dalam data statistik Badan Pusat Statistik (BPS), kemudian meningkat menjadi 91 jenis pada tahun 2008. Keragaman potensi sumberdaya alam dan sumberdaya hayati yang sangat luas tersebut memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam rangka pengembangan usaha agribisnis hortikultura yang beragam dan bernilai ekonomi tinggi.
Produk hortikultura merupakan produk masa depan yang eksotik dan sangat dibutuhkan secara berkelanjutan oleh masyarakat Indonesia dan dunia. Potensi pasar produk hortikultura sangat cerah, baik pasar domestik maupun ekspor. Cerahnya prospek pasar domestik ditunjang oleh tingginya jumlah penduduk dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk Indonesia yang besar sesungguhnya merupakan peluang pasar domestik yang potensial apabila upaya promosi pentingnya mengkonsumsi produk hortikultura Indonesia yang meliputi apresiasi, pengetahuan dan taraf hidup masyarakat dapat ditingkatkan.


Kondisi Umum Petani Hortikultura di Indonesia
Dalam sistem agribinis hortikulura, petani Indonesia kebanyakan hanya terlibat dalam proses produksi tanaman di lahan. Hal ini sangat dapat dimaklumi, karena rata-rata schooling years masyarakat Indonesia, termasuk para petani ini, hanya 7,2 tahun. Dengan pengalaman belajar seperti ini, memang rata-rata kegiatan ekonomis yang mungkin mereka geluti hanya pada sub-sistem produksi tanaman di lahan. Tantangan lain yang dihadapi adalah keterbatasan lahan dan modal yang dimiliki petani, produsen produk hortikultura. Dengan ketiga persoalan tersebut saja tidak banyak petani yang mampu masuk ke subsistem pengolahan hasil dan apalagi ke sub-sistem pemasaran.
Namun demikian, dengan segala keterbatasan dan persoalan yang dihadapi, petani sayuran dan buah-buahan ternayata mampu memproduksi komoditas tersebut dalam jumlah yang sangat memadai. Data dari Ditjen Hortikultura (2010) menunjukkan bahwa ketersediaan tanaman sayuran dan buah-buahan, hasil produksi dalam negeri, setiap tahun menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2009, ketersediaan produk tanaman sayuran Indonesia sudah mencapai 77,03 kg/kapita/tahun, dan tanaman buah-buahan sudah mencapai 42,26 kg/kapita/tahun. Artinya, kemampuan produksi petani hortikultura saat ini mampu untuk memenuhi kebutuhan atau tingkat konsumsi sayuran dan buah masyarakat Indonesia yang masih mengkonsumsi sayuran 40,66 kg/kapita/tahun dan buah-buahan sebesar 32,59 kg/kapita/tahun.

Produksi Produk Buah dan Sayuran Indonesia
Sebagai negara tropis, Indonesia dikenal sebagai produsen buah-buahan dan sayuran tropis. Namun demikian, dilihat dari kinerja sub-sektor hortikultura nasional sampai saat ini masih sangat jauh dari potensi yang dimilikinya. Sub-sektor ini belum mampu menjadi sumber devisa ekspor dan memenuhi kebutuhan konsumen domestik terhadap produk buah-buahan, sebaliknya pasar domestik dibanjiri berbagai produk buah-buahan impor. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian belum berhasil mengembangkan sub-sektor hortikultura, khususnya buah-buahan tropis baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk peningkatan devisa ekspor. Hal ini terjadi karena tidak ada upaya dan program kongkrit dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas produk hortikultura, khususnya produk buah-buahan.
Produksi komoditas hortikultura sebagaimana diuraikan diatas terus mengalami peningkatan. Namun, yang tidak termonitor dengan baik adalah apakah peningkatan produksi dan produktivitas tersebut juga diikuti peningkatan kualitas. Kualitas dan standar mutu menjadi salah satu ukuran yang semakin penting dalam menghadapi persaingan perdagangan yang semakin ketat. Namun terkait standar mutu dan kualitas produk pertanian khususnya produk hortikultura, Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara produsen/eksportir produk hortikultura lainnya.

Permasalahan Peningkatan Daya Saing Produk Hortikultura
Usaha hortikultura meliputi barang dan jasa yang dihasilkan melalui kegiatan pemuliaan tanaman industri perbenihan, budidaya, pasca panen, pengolahan hasil, pemasaran, penelitian dan pengembangan, alat dan mesin hortikultura. Komoditas hortikultura yang bernilai tinggi dalam bentuk segar pada umumnya cepat rusak sehingga membutuhkan penanganan khusus, serta perlu dipasarkan dalam waktu cepat. Penanganan pasca panen yang meliputi sortasi, grading (pengkelasan) dan packaging (pengemasan) sangat penting, terutama apabila dikaitkan dengan upaya mempertahankan mutu produk. Mengingat bahwa produk hortikultura mudah rusak (perishable) dan sangat dibutuhkan dalam bentuk segar, maka penyimpanan produk juga harus ditangani secara baik untuk mengurangi turunnya mutu dan nilai produk.

ELYANING (Echo Friendly Plant’s Packaging) – Upaya Meningkatkan Daya Saing Produk Hortikultura
Saat ini permintaan konsumen akan kemasan bahan pangan adalah tehnik pengemasan yang ramah lingkungan, produk yang lebih alami, dan tanpa menggunakan bahan pengawet. ELYANING (Echo Friendly Plant’s Packaging) adalah salah satu upaya sekaligus sebuah solusi dari permasalahan tersebut. Pada intinya ELYANING ini merupakan sebuah rumah (tempat) yang di dalamnya fokus untuk menangani masalah pengemasan bahan makanan (produk hortikultura) berbasis ramah lingkungan.
Di dalam rumah ini nantinya, tekhnologi pengemasan bahan pangan yang digunakan mencakup pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP). Pengemasan atmosfir termodifikasi (MAP) adalah pengemasan produk dengan menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan laju respirasi produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikrobia, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang umur simpan. MAP banyak digunakan dalam teknologi olah minimal buah-buahan dan sayuran segar serta bahan-bahan pangan yang siap santap.
Di samping itu, kita juga menggunakan teknologi pengemasan aktif (Active Packaging). Pengemasan aktif adalah suatu konsep inovatif yang mengubah kondisi pengemasan untuk memperlama masa simpan atau meningkatkan penampakan dan keselamatan produk, dan sekaligus mempertahankan mutu produk tetap tinggi. kemasan aktif adalah teknik kemasan yang mempunyai sebuah indikator eksternal atau internal untuk menunjukkan secara aktif perubahan produk serta menentukan mutunya. Pengemasan aktif merupakan kemasan yang mempunyai bahan penyerap O2 (Oxygen Scavangers), bahan penyerap atau penambah CO2, Ethanol Emiters, penyerap etilen, bahan antimikroba, heating/cooling, bahan penyerap air, dan pelindung cahaya.
Selanjutnya adalah menggunakan teknologi “Smart Packaging”. Smart packaging adalah teknologi pengemasan yang terdiri atas intelligent packaging, controlled packaging dan active packaging. Keuntungan dari pengemasan yaitu melindungi makanan dari kontaminasi kimia dan mikrobia, oksigen, penguapan air dan cahaya. Tipe pengemas yang digunakan merupakan tolak ukur penting yang mempengaruhi daya tahan/umur makanan. Di dalam rumah tersebut nantinya juga ada tehnik pengemasan menggunakan styrofoam dari limbah kulit buah-buahan. Hal tersebut dimaksudkan agar penggunaannya lebih ramah lingkungan dan meminimalisir sampah / limbah kulit buah-buahan di sekitar kita.
ELYANING bertujuan untuk mengajarkan kepada petani bagaimana cara memaksimalkan peningkatan keamanan dari mutu bahan sebagaimana bahan alaminya, yaitu melalui tehnik pengemasan bahan makanan ramah lingkungan yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk hortikultura Indonesia. Pemerintah dalam hal ini juga turut serta dalam pemberian fasilitas berupa pendirian rumah tersebut (ELYANING) beserta infrastruktur yang dibutuhkan di dalamnya.

Penutup
Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah dan beragam. Keanekaragaman hayati Indonesia merupakan identitas bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan. Keanekaragaman hayati tersebut antara lain berupa buah, sayuran, tanaman obat, tanaman air, jamur dan lumut yang dikenal sebagai tanaman hortikultura.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan pemanfaatan dan pengelolaan berbagai potensi tersebut untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, melalui inovasi ELYANING (Echo Friendly Plant’s Packaging) diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas produk hortikultura agar dapat bersaing di kancah dunia internasional sehingga kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dapat tercapai.





DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Cetak Biru Pengembangan Hortikultura Tahun 2011-2015. Jakarta : Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementrian Pertanian RI
Krissetiana, Henny Hendrasty. 2013. Pengemasan dan Penyimpanan Bahan Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Kuswanto. 2003. Teknologi Pemroses, Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Yogyakarta: Kanisius
Syarief, Rizal. 1991. Teknologi Penyimpanan Pangan . Jakarta: Penerbit Arcan
Tim Penulis Penebar Swadaya. 2008. Agribisnis Tanaman Sayur. Jakarta : Penebar Swadaya

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Contoh Essay - Pengelolaan Sampah

Contoh Essay - Pelestarian Alam dan Lingkungan Secara Berkelanjutan

Contoh Essay - Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah